[Resensi Film] Catch Me If You Can: Sebuah Pelarian Anak Manusia

Beberapa minggu yang lalu saya tanpa sengaja menonton film dokumenter berjudul Spielberg di HBO TV. Film dokumenter tersebut menceritakan kisah hidup sutradara paling berpengaruh di dunia saat ini Steven Spielberg. Setelah menonton film dokumenter tersebut, saya me-list film Spielberg yang belum saya tonton (maklum sejak kecil saya selalu jatuh hati pada semua film besutan Spielberg) dan mata saya tertuju pada satu judul film. Catch Me If You Can. “Wah bagaimana mungkin saya melewatkan film yang dibintangi dua aktor favorit saya pula (Leonardo di Caprio dan Tom Hanks) padahal saya punya filenya di laptop”, pikir saya terheran-heran. Dan saya pun menyalahkan snap judgment saya saat melihat folder hasil copy paste folder film milik teman kuliah. “Halah paling ini video klip ‘Catch Me If You Can’-nya SNSD”, batin saya waktu itu. Saya rada-rada antipati dengan boyband dan girlband asal Negeri Gingseng tersebut. Entahlah mungkin karena saya tidak paham juga arti liriknya. Well back to the topic… Akhirnya semalam saya sempatkan menonton Catch Me If You Can bersama teman saya. Dan sensasi yang sama setiap menonton karya Spielberg adalah entah bagaimana caranya, Spielberg selalu mampu menghadirkan rasa hangat, bahagia bahkan amarah yang ditawarkan oleh keluarga.

Catch Me If You Can adalah film yang dirilis tahun 2002 dengan latar belakang kebanyakan di Amerika Serikat (AS) pada tahun 1960-an. Film bergenre drama/laga komedi yang diangkat dari kisah nyata ini menceritakan biografi Frank William Abagnale, Jr. Frank adalah seorang konsultan keamanan AS yang mampu membedakan cek yang asli dan palsu. Ia bekerja untuk FBI dan jasanya masih digunakan sampai saat ini oleh Fortune 500 atau 500 bisnis paling terkemuka di dunia. Ironisnya, ia mendapatkan pekerjaan tersebut karena pengalamannya memalsukan cek hingga jutaan dolar AS. Bukan hanya memalsukan cek, Frank pun kerap memalsukan identitas dan melarikan diri dari satu negara ke negara lain.

Film beralur maju mundur ini dimulai ketika Frank yang diperankan oleh Leonardo di Caprio mengenang masa-masa ia berada di penjara super ketat Perancis. Ia dijemput oleh agen FBI, Carl Hanratty yang diperankan oleh Tom Hanks untuk dipulangkan ke AS. Dalam proses penjemputan itu Frank pun masih sempat kabur namun akhirnya tertangkap karena kondisi tubuhnya yang lemah. Alur pun kembali mundur ke masa-masa bahagia Frank bersama kedua orang tuanya. Ayahnya, Frank, Sr. yang diperankan oleh Christopher Walken tampaknya memiliki semua yang diinginkan seorang laki-laki. Istri yang cantik, anak laki-laki yang tampan, perusahaan yang sukses dan penghormatan masyarakat yang tinggi. Namun ditengah jalan ia tersandung kasus akibat penggelapan pajak. Mereka harus pindah dari rumah mewah ke apartemen sederhana. Frank Jr. yang memiliki kedekatan dengan ayahnya nampaknya tak terlalu mempermasalahkan perihal ekonomi tersebut. Diceritakan pula Frank juga mendapat pengajaran dari ayahnya terkait bagaimana ‘bermain’ dengan pajak dan cek. Pribadi yang terlalu percaya diri dan menyukai tantangan sudah tampak pada Frank remaja. Di sekolah barunya ia menipu teman-temannya dengan berpura-pura menjadi guru Bahasa Perancis dan membuat guru pengganti yang telat datang sakit hati. Ayahnya hanya tertawa melihat tingkah Frank.

Namun tak dinyana, ibu Frank yang berdarah Perancis terlibat perselingkuhan dengan teman ayahnya. Frank-lah yang pertama kali mengetahui kondisi tersebut. Ibunya membayarnya beberapa dolar untuk tutup mulut perihal tersebut. Namun tak lama berselang, Frank mendapati rumahnya disambangi seorang pengacara yang ternyata mengajukan surat perceraian yang harus diisi Frank. Ia harus memilih untuk tinggal bersama ayahnya atau ibunya. Frank terpukul dan memutuskan untuk melarikan diri. Sejak itulah petualangan Frank melarikan diri dimulai.

Dengan berbekal cek yang diberikan oleh ayahnya Frank mulai mencairkan cek tersebut. Namun saat cek habis ia harus terima diusir dari penginapannya. Dan saat itulah ia mulai memalsukan cek. Berbekal kemampuannya membaca tabiat manusia yang senang dipuji, ia berlatih mengelabui petugas yang memeriksa keaslian cek sebelum cek dicairkan. Kemampuan inipun ia pelajari dari ayahnya. Ia akan mulai memanggil nama petugas tersebut dengan namanya dan kemudian memuji penampilan fisiknya. Ia pun berhasil menyamarkan identitas dan menjadi copilot di sebuah armada penerbangan ternama di AS, Pan America. Dengan institusi tersebut, Frank dapat memalsukan cek hingga senilai $USD 2,8 juta.

Hal ini tercium oleh FBI. Diutuslah Carl Hanratty yang merupakan agen spesialis penipuan bank untuk melacak keberadaan Frank. Carl dan Frank bertemu pertama kali di sebuah hotel. Saat itu Carl yakin bahwa Frank yang diincarnya tinggal di hotel tersebut namun saat itu Frank justru dengan santainya keluar dari kamar mandi dan mengatakan bahwa Carl telat beberapa menit. Ia mengenalkan dirinya sebagai Barry Allen dari Secret Service. Ia menunjuk ke luar jendela seorang lansia yang dituntun oleh penghuni hotel lainnya sebagai Frank yang sudah tertangkap oleh rekan kerjanya. Carl saat itu percaya dan membiarkan Frank yang asli kabur membawa mesin MICR encoder bekas yang membuat pemalsuan ceknya semakin halus.

Setelah tahu bahwa Carl tertipu maka ia menyadari perang pribadinya melawan Frank dimulai. Dan sejak saat itu kedua insan ini justru saling mengenal satu sama lain. Carl adalah seorang duda yang ditinggalkan oleh istrinya. Ia memiliki anak perempuan yang usianya tidak jauh dengan Frank. Setelah peristiwa itu Frank menelepon Carl untuk meminta maaf karena telah mempermalukannya. Namun Carl justru tertawa menyadari bahwa Frank bukan menelepon untuk meminta maaf, ia menyadari tak ada orang yang bisa dihubunginya selain Carl. Dan fakta yang terungkap itu membuat Frank kesal dan menutup teleponnya. Suatu hari Carl mengetahui dari pelayan restoran bahwa nama Barry Allen adalah tokoh dalam komik Flash. Carl pun menyadari bahwa musuhnya selama ini bukanlah pria kisaran 30 tahun. Ia berhadapan dengan remaja (usia Frank saat kabur adalah 16 tahun).

Setelah bosan menjadi pilot, Frank kembali berulah dengan menjadi seorang dokter bernama Frank Conners. Pada fase inilah ia bertemu dengan Brenda Strong yang diperankan oleh Amy Adams. Brenda adalah wanita dari keluarga penganut Lutherian taat yang dibuang keluarganya karena pernah melakukan aborsi. Ayah Brenda adalah seorang pengacara. Entah karena motivasi apa akhirnya Frank memutuskan untuk menghadapi keluarga Brenda dan menikahinya. Tapi melihat gelagatnya tampaknya selain karena dapat merasakan kepedihan yang dirasakan Brenda terkait keluarga, ia juga ingin membalaskan dendamnya terhadap orang-orang yang bekerja denga hukum karena pekerjaan selingkuhan ibunya adalah seorang advokat. I just guess.

Frank The James Bond of The Sky
Sumber gambar: http://www.muse.ca/uploads/Movie_Main_Images/catch-me-if-you-can.jpg
Saat bertemu dalam acara makan malam bersama ayah dan ibu Brenda, Frank mengakui bahwa ia adalah seorang Lutherian dan juga sebenarnya lulusan Harvard di bidang hukum meskipun hanya setahun karena memutuskan untuk menjadi dokter. Hal ini membuat kedua orang tua Brenda segera jatuh hati. Ayah Brenda justru mengupayakan agar Frank dapat bergabung di Louisiana State Bar. Sebuah asosiasi hukum tempat ayah Brenda bekerja. Saat pertunangan berlangsung, Carl dan timnya dapat melacak keberadaan Frank. Namun Frank berhasil kabur setelah sebelumnya membuat janji dengan Brenda untuk bertemu dua hari lagi di Bandara Internasional Miami. Namun ternyata saat hari itu tiba Brenda sudah dibawah pengaruh FBI sehingga Frank batal menampakkan dirinya. Ia kembali melarikan diri dengan bermodalkan sebagai pilot setelah sebelumnya mengadakan seleksi pramugari. Ia memilih 8 orang tercantik untuk menjadi pramugari Pan American sehingga dapat membuat semua agen di bandara yang telah mengepung dan mensterilkan setiap sudut bandara menjadi terperangah dan tidak fokus pada sosok Frank yang bersembunyi di antara mereka (kedelapan pramugragi tersebut).



Singkat cerita, Carl dan timnya yang semakin dipermalukan oleh Frank tersebut mencoba mempelajari cek palsu yang dibuat Frank ke pembuat cek profesional. Ia mendapati bahwa tinta yang digunakan cek palsu tersebut hanya ada di beberapa negara salah satunya Perancis. Carl tahu bahwa Frank lahir dan memiliki darah Perancis. Ia segera terbang kesana. Di dalam sebuah pabrik percetakan itulah Frank kembali face to face dengan Carl. Menariknya meskipun mereka seperti kucing dan anjing namun mereka saling mengenal satu sama lain begitu baiknya. Carl memperingatkannya untuk tidak kabur lagi karena pabrik tersebut sudah dikepung polisi-polisi Perancis yang siap menembak mati dirinya. Disini Frank meluapkan emosinya terhadap Carl karena tahu bahwa Carl kerap menipunya? (lah kok kebalik ya? Dasar ABG labil). Ia mengetahui Carl berbohong karena mengatakan tak punya keluarga padahal ia mengenakan cincin kawin. Tapi kemudian Carl mengakui bahwa ia seorang duda.

Terus terang, adegan ini adalah adegan favorit saya karena didalamnya terdapat kalimat-kalimat sederhana yang sangat merefleksikan pengetahuan mendalam seorang Spielberg terhadap karakter manusia yang kerap dibohongi oleh kehidupan dan memilih kebohongan yang ia buat sendiri dan bertahan hidup didalamnya. Inilah sejatinya pelarian Frank, bukan pelarian fisik namun pelarian jiwanya. “Keep pushing that lie, keep pushing till you make it true”, ujarnya sesaat sebelum melarikan diri lagi. Namun sosok Carl yang lebih stabil dan mampu meyakinkan Frank bahwa ia hanya menjalankan tugas membuat Frank mau tidak mau menumpukan kepercayaannya kepada Carl.  “Is that the truth?” tanya Frank berkali-kali ketika Carl meyakinkan bahwa Frank akan lebih aman jika ia menyerahkan diri. Mempertanyakan kebenaran sepertinya hampir selalu pernah dirasakan setiap manusia yang berpikir. Dan disitulah hebatnya Spielberg, ia mampu menarik penonton kedalam setiap film garapannya dan seakan-akan penonton dapat merasakan pergolakan batin karakter di dalamnya.

Saat di pesawat, dalam perjalanan extradisi ke AS, Frank mendapatkan fakta bahwa ayahnya telah meninggal. Ia mengamuk dan merasa Carl telah menipunya karena mengatakan ia dapat berbincang lagi dengan ayahnya. Frank dengan segala kemampuannya berhasil melarikan diri kembali melalui celah di toilet pesawat dan segera turun melalui tangga roda pesawat begitu pesawat landing. Ia berlari menuju rumah ibunya. Saat ia melihat ke dalam jendela bahwa ibunya telah memiliki kehidupan baru yang bahagia bersama suami barunya (yang adalah selingkuhannya dulu) dan seorang anak perempuan, Frank pun menangis dan mengatakan “It’s over”. Bertepatan dengan datangnya belasan mobil polisi dan senapan yang sudah siap siaga, Frank justru mengangkat tangannya dan berjalan gontai ke arah Carl yang muncul dari dalam mobil, “Let me get in to the car, Carl”. Adegan yang seharusnya mengharukan ini juga bercampur dengan sense of humor yang lumayan mengocok perut. Sekali lagi applause untuk Spielberg.

Frank dijatuhi hukuman penjara 12 tahun di dalam penjara yang amat sangat terisolir. Namun suatu saat ketika Carl datang menjenguknya, Carl mengetahui bakat Frank yang luar biasa. Ia bisa mengenali keaslian sebuah cek bahkan tanpa menyentuhnya. Atas negosiasi Carl-lah Frank akhirnya direkrut oleh FBI. Hingga suatu saat Frank merasa bosan dengan kehidupan ‘lurus’nya itu dan memutuskan untuk kabur lagi setelah Carl bilang tak bisa menemaninya lembur. Pelarian terakhir Frank juga merupakan adegan favorit saya, ketika Frank dengan baju pilotnya (entah kemampuan seperti apa yang bisa membuat dia lolos berkali-kali dengan baju pilot itu meskipun sudah berganti pekerjaan berkali-kali) berbincang dengan Carl. Frank mempertanyakan motivasi Carl menolongnya, Carl mengatakan “You just a kid”, “I am not your kid” jawab Frank yang merasa kesal terhadap Carl. Carl pun menceritakan bahwa ia telah bercerai dan istrinya telah menikah lagi selama 11 tahun. Ketika Frank mengatakan “I don’t understand”, Carl menjawab “No, you are understand. Sometimes it’s easier living the lie”. Ternyata Carl juga merasakan itu. Sedih banget kan? Belum. Sampai Carl mengatakan bahwa ia yakin Hari Senin, Frank akan kembali bekerja. Frank mempertanyakan apa yang membuatnya begitu yakin ia akan kembali. Carl menjawab “Frank, look! (kamera menunjukkan lorong bandara yang kosong). Nobody’s chasing you” Frank seperti tersadar bahwa selama ini ia bukan lari dari kejaran FBI, ia lari dari dirinya sendiri.

Adegan menyentuh di lorong, yang tengah Spielberg btw
Sumber gambar: https://onset.shotonwhat.com/p/pix/m/m1057/2014112500001193.jpg

Akhir film ditutup dengan Frank yang kembali hadir di kantor FBI tepat saat Carl sudah berputus asa menunggu kedatangan Frank hari itu. Dan mereka pun mendiskusikan hal-hal teknis tentang temuan tinta baru yang lebih anti pemalsuan. Sebuah kredit muncul dan menyebutkan bahwa Frank akhirnya berkeluarga dan dikaruniai 3 orang anak. Atas kemampuannya menciptakan cek-cek anti pemalsuan ia mendapatkan gaji senilai jutaan dolar. Dan ia terus bersahabat dengan Carl.


Film yang sangat tepat bagi jiwa-jiwa yang melarikan diri dari peliknya masalah hidup. Sekali lagi Spielberg mampu membuktikan bahwa ia membawa sebuah sense baru dalam dunia perfilman apapun genre filmya. Tak heran film dengan pendapatan kotor lebih dari 300 juta USD ini mendapatkan penghargaan Critics’ Choice Movie Award untuk kategori Sutradara Terbaik tahun 2003. 

*Tulisan ini telah dipublish di Retorika Kampus
http://www.retorikakampus.com/berita/rubrik/oase/resensi-film-catch-me-if-you-can-sebuah-pelarian-anak-manusia

Komentar

Postingan Populer