Jembatan antara Si Kaya dan Si Miskin
gambar diambil dari http://finansiala.com/wp-content/uploads/2014/09/miskin-indonesia-720x320.jpg |
Aku
masih ingat, dulu ketika aku masih duduk di bangku SD, Papaku sering mengajak
kami sekeluarga berkeliling Perumahan Pondok Indah di Jakarta dengan mobil
Carry abu-abu butut yang belum lunas cicilannya. Ia bilang “Suatu saat rumah
kita akan seperti itu”. Aku dan kedua adik laki-lakiku saat itu hanya bisa berloncatan
di dalam mobil dan berteriak.
“Waaah asiiik”
“Nanti
ada kolam renangnya ya Pa”
“Nanti
aku beliin Sega 100 ya Pa”
“Nanti
aku beliin Barbie yang bajunya ada kupu-kupunya ya Pa”
Papa
dengan kumisnya yang lebat itu hanya tertawa-tawa saja mendengar celotehan
kami. “Yang penting kalian jadi anak yang pintar, rajin belajarnya”
Aku
segera menekuk wajah tanda tidak setuju dengan persyaratan yang diajukannya.
Mama
menimpali “Suatu saat kalian harus jadi orang besar, orang yang kuat, mandiri
secara ekonomi, kalian tahu untuk apa?”
Kami
bertiga hanya melongo tak mengerti
“Supaya kalian bisa
membela orang-orang yang lemah, supaya kalian bisa merdeka katakan yang benar
adalah benar yang salah adalah salah”
Mungkin
aku selama ini hidup dalam didikan seperti itu, namun aku tak begitu
menyadarinya sampai saat ini. Sampai 15 tahun kemudian...
Jika
dibandingkan dengan hidupku saat berumur 7 tahun, saat ini semua nyaris
berubah. Kami bukan lagi keluarga sederhana yang dipimpin calon ketua RT
termuda. Bukan lagi Carry abu-abu butut yang belum lunas cicilannya yang
menghiasi halaman kami, minimal saat ini mobil dinas bertengger mantap aku melongokan
kepalaku dari jendela kamar tidur. Dan rumah kami pun bukan pula rumah petak
tipe 21... Ia menjelma bak istana persis seperti bangunan yang kami lihat 15
tahun silam di Perumahan Pondok Indah.
Dan
kami berdiri dalam satu prinsip
“Kuatlah
supaya kalian bisa membela yang lemah, supaya kalian bisa merdeka katakan yang
benar adalah benar yang salah adalah salah”
Dan
masa kuliah ini, disaat aku terlepas dari kedua orangtuaku, aku semakin sadar
bahwa mereka mendidiku seperti itu dengan peluh yang tak terbayar.
Oh
Tuhan... betapa berat langkahku, bahkan hanya untuk menjadi jembatan antara Si
Kaya dan Si Miskin pun aku tak mampu...
Ada
jurang yang memisahkan mereka, yang begitu jauh hingga siapapun yang sudi
menjembataninya harus menerima sikap yang lebih menyakitkan ketimbang bergabung
dalam satu kelompok.
Sudah
sejak lama aku ingin menuliskan ini, semua ini mengganggu pikiranku siang dan
malam. Namun tak kunjung aku memiliki keberanian untuk menuliskannya. Selama
aku hidup aku menganalisis adanya perbedaan yang nyata antara Si Kaya dan Si
Miskin meskipun ini bukan berarti semua orang Kaya begini dan semua orang
Miskin begitu. Maka marilah kita ambil satu sudut pandang yang paling umum.
Meskipun
banyak yang mengatakan kaya dan miskin bukan berarti selalu tentang harta namun
kali ini aku akan mengklasifikasikan kaya dan miskin berdasarkan kesejahteraan
sosialnya.
Si
Kaya: Tipikal orang orang yang tumbuh di keluarga yang bebas dari pikiran
finansial. Cenderung mendapatkan fasilitas kelas satu. Mulai dari pakaian,
makanan, pendidikan. Pergaulan mereka luas, sangat mungkin terjadi lintas
negara. Mereka kebanyakan orang yang berani show up dan lebih percaya diri
karena cenderung bebas mengutarakan pendapat dan berkehendak semaunya. Mereka orang
yang cukup berpengaruh dalam lingkungannya.
Si
Miskin: Lahir dalam keluarga pas-pasan, atau cenderung kurang, perlu memutar otak
untuk bahkan sekedar makan enak atau jalan-jalan, apalagi membeli baju bagus
dan ikut kursus atau les ini itu. Merkea kebanyakan pemalu dan pendiam, kurang
membuka diri, sangat perasa dan mudah sakit hati. Cenderung juga menyerah
dengan keadaan dan negatif memandang banyak hal.
Walaupun
ini bukan keseluruhan, sekali lagi meskipun ini bukan keseluruhan tapi cobalah
kita tengok lingkungan kita minimal kita akan temukan satu dua orang dengan
klasifikasi demikian yang jika dijajarkan dengan status ekonominya pun cocok.
Ngapain
sih Lin segala mengklasifikasikan orang dari Kaya dan Miskinnya?
Bukan!
Aku justru tak ingin membuat perbedaan semakin nyata karena tanpa adanya
tulisan ini pun perbedaan itu sudah sangat nyata. Hanya orang yang buta hatinya
yang tidak mampu membaca perbedaan itu. Aku hanya ingin setidaknya lewat
tulisan ini kita masing-masing menyadari posisi kita dan bertindak sesuai
dengan tanggung jawab kita.
Mau
tidak mau, suka tidak suka saat ini kita memasuki era dimana Kapitalisme adalah
pemenang. Dunia ini dikuasai oleh orang-orang yang gemar mengumpulkan harta dan
memperkaya diri sebanyak-banyaknya dan menindas yang lemah. Kita telah
terperangkap dalam penjajahan namun tak menyadarinya hanya karena tidak ada
lagi orang-orang bertelanjang dada dicambuk seorang bule saat membuat jalanan.
Come on buddy!!! Kita mengalami era penjajahan yang lebih parah dibandingkan
itu. Karena kita tidak sadar...
Beberapa
bulan yang lalu rumahku kemalingan, sepeda motor milik teman adikku hilang. Orang
tuaku akhirnya bertanggung jawab membelikan sepeda motor baru untuk teman
adikku tersebut. Setelah diusut ternyata pencurinya tak lain dan tak bukan
tukang siomay keliling yang juga salah satu teman adikku. Tak kepalang luar
biasa pertarungan batin adikku. Ia sedih, teman yang selama ini ia coba ajak
untuk maju bersama justru mengkhianatinya namun bagaimana pun juga hukum harus
ditegakkan sehingga ia memutuskan untuk mengirimnya ke penjara.
Sesampainya
di penjara, selalu begitu, polisi yang menunduk berlebihan, merasa aman dengan
menjilat. Dan setelah beberapa hari polisi itu dengan bangga mengabarkan
“Pak
saya sudah pukul kaki tukang Siomay kurang ajar itu sampai patah, sudah saya
bakar juga kelaminnya”
KELAMINNYA
SAUDARA SAUDARA!!!!
Ia
harus kehilangan kelaminnya hanya agar seorang polisi mendapatkan perhatian seorang
Tuan. Keji! Hina!
Dunia
apa ini Tuhan...
Mama
hanya bisa berteriak untuk tidak membahasnya di meja makan, kedua adikku terdiam,
ayahku pun terdiam. Kami terjebak dengan kata bernama Nama Baik Keluarga.
Aku
melihat gurat keletihan melawan ini semua dalam keluargaku. Mereka diam. Mereka
menyerah. Aku hanya bisa berlari ke kamar dan menangis sejadinya.
Aku
menangis dan menangis menghadapi ketidaktahuanku dalam bertindak. Seorang
pencuri motor yang melakukannya karena kelaparan harus dibakar kelaminnya
sedangkan berapa puluh teman Mama dan Papaku yang memotong dana APBN puluhan
persen? Mereka mengantongi miliyaran per tahun dan saat ini mereka
dielu-elukan, dan aku harus menahan muntah untuk sekedar berbincang dengan
anak-anak mereka yang sok polos dan berfokus pada bagaimana mendapatkan hati
pujaan hatinya. Aku menjerit dalam diam, aku menangis dalam tawa. Aku tak tahu
harus berbuat apa.
Seringkali
jikalau aku bertemu dengan teman-temanku Si Kaya, aku katakan pada mereka bahwa
kita adalah kekuatan, kita berpengaruh untuk melakukan perubahan. Tapi toh pada
akhirnya mereka ada yang mencemoohku dengan segala teori luar biasa mereka.
“Emang
apa yang udah bisa lu lakuin? ngomong doang mah semua orang juga bisa... Mendingan
kerja sampai kaya, uangnya bisa disedekahin”
Sayangku,
seandainya caranya semudah itu, tentulah aku ikuti saranmu. Tapi tidakkah kita
lihat seberapa banyak orang yang meningglkan medan perjuangan untuk mengejar
ambisi pribadi dan berakhir tenggelam dalam hawa nafsunya? Lalu bagaimana
dengan yang diberikan? Mungkin ia akan senang dalam beberapa waktu, namun itu
tidak permanen, pemberian tidak menguatkan kakinya, ia hanya akan menjadi
lumpuh. Bertahan hidup dari pemberian.
Atau
terkadang beberapa orang bersimpati dan menepuk pundakku sambil berkata
“Semangat
Lin, kamu pasti kuat”
Dan
aku kembali merasa sendiri... tanpa kawan.
Dalam
hidupku aku selalu berusaha, jikalau belum sempurna maafkan ya Allah. Aku
selalu berusaha memberikan edukasi terbaik bagi semua yang bersinggungan dalam
hidupku yang masuk ke dalam Si Miskin bahwa mereka punya harga diri, bahwa
mereka setara sebagai manusia. Bahwa jangan menyerah dan teruslah menjadi kuat.
Karena aku pun berasal sama seperti mereka, aku dulu tak punya apa-apa. Aku
dulu berjualan ke sekolah, aku dulu hanya mendapat barang baru jika diberikan
saudaraku. Namun itu bukan alasan untuk tak menjadi berkembang. Jadilah besar,
kuatlah sehingga kau bisa membela yang lebih lemah.
Aku
hidup bersama mereka, aku masuk dalam kehidupan mereka, aku mencoba segala hal
yang bisa kulakukan agar mereka tahu bahwa harta bukan penentu seseorang itu
mulia atau tidak. Tapi lagi-lagi mereka akan terbentur banyak hal, hasrat
mengumpulkan materi untuk masuk ke dalam golongan Si Kaya –lah yang mendominasi
mereka. Bukan kesadaran untuk merdeka, merdeka sepenuhnya, bukan hanya perkara
harta saja.
Seperti
yang tadi kukatakan... Kita terjebak arus kapitalisme...
Dan
saat lulus ini... aku tahu bahwa tantanganku semakin besar...
Melihat
tetanggaku bunuh diri karena tidak bisa membayar hutang, melihat sahabatku
putus kuliah karena tak ada uang, melihat teman perjuanganku menyerah satu
persatu karena harus menghidupi keluarga dan tak ingin lagi berjuang bersama,
membuatku meneteskan air mata.
Melihat
nyaris seluruh teman mencari kerja, menyibukkan diri dalam fase yang mereka
sebut Realistis yang sebenarnya berarti ‘aku tak peduli lagi dengan segala teori
sial yang kamu katakan’ aku terperangah dalam ketidakberdayaanku.
Ya
Rasulullah bagaimana caramu mempersatukan Bilal si budak hitam dan Musaib bin
Umair Saudagar Ningrat dari Madinah sehingga mereka bersama sama dalam satu
tempat menjadi para penghuni surga? Ya Rasulullah seandainya sedikit saja
kesabaranmu kau berikan kepadaku tentulah aku tak semerana ini.
Tapi
aku tak akan menyerah, aku akan terus bergerak, aku akan terus belajar sampai
kapanpun. Akan menjadi apapun aku kedepannya, aku ingin tulisan ini adalah
bukti bahwa aku pernah menjadi seperti ini. Ingatkan aku saat aku lupa...
Ingatkan aku saat aku lelah.
“Lin,
apa rencana kamu selanjutnya?” suara Mama dan Papa terus terngiang dari
seberang sana.
Aku
terdiam dan mereka menunduk mengerti, kukatakan “Doakan aku kuat Ma, Pa”
“Nak
istirahatlah, kami menunggumu disini”
Seolah-olah
mereka ingin mengatakan bahwa kemerdekaan mengatakan yang benar adalah benar
yang salah adalah salah itu hanyalah sesuatu yang utopis.
Kemudian
aku tahu inilah saatnya aku benar-benar sendiri. Aku hanya memiliki Allah dan
RasulNya.
Semarang, 28 Oktober 2014
Saat
semuanya merayakan Hari Sumpah Pemuda, masih adakah spirit Sumpah Pemuda itu
didadamu?
Rencananya mau "melangkah" kemana mbak?
BalasHapusini masih jadi bagian dari revolusi industri hahaa.. entah angin membawa kemana nantinya, tapi semoga kita selalu berdiri di sisi kebenaran yaa
HapusSayangnya benar, kapitalisme telah mewabah. ah, qanaah memang susah. :'(
BalasHapusbut do you know, there are so many people still reaching dream not for money.
I hope so,,, one person become very important if have a same vision with us, isn't it?
Hapusberawal dari membaca postingan kamu soal ITB, lalu scroll ke bawah dan nemu postingan ini. membaca tulisan ini seperti diingatkan kembali oleh analisis2 Chomsky dalam bukunya yang berjudul "How The World Works". perbedaan kelas yang kamu sampaikan memang sudah menjadi tujuan para kapitalis, si Tuan Kaya. bahkan kemerdekaan demokrasi dan HAM pun tidak benar2 "merdeka". semua masih di bawah kontrol kapitalis. membaca buku itu hanya menumbuhkan rasa pesimis mengingat dunia yang jauh dari kemakmuran dan keadilan. (kok jadi serius ya bahasanya, hehehe)
BalasHapusTapi selalu ada jalan bagi sebuah kebenaran, bukan? I feel you and I really hope you will make it someday. Mari berjuang!
Oiya, salam kenal ya :)
Haloo pak^^
BalasHapusKami dari SENTANAPOKER ingin menawarkan pak^^
Untuk saat ini kami menerima Deposit Melalui Pulsa ya pak.
*untuk minimal deposit 10ribu
*untuk minimal Withdraw 25ribu
*untuk deposit pulsa kami menerima provider
-XL
-Telkomsel
untuk bonus yang kami miliki kami memiliki
*bonus cashback 0,5%
*bunus refferal 20%
*bonus gebiar bulanan (N-max,samsung Note 10+,Iphone xr 64G,camera go pro 7hero,Apple airpods 2 ,dan freechips)
Daftar Langsung Di:
SENTANAPOKER
Kontak Kami;
WA : +855 9647 76509
Line : SentanaPoker
Wechat : SentanaPokerLivechat Sentanapoker
Proses deposit dan withdraw tercepat bisa anda rasakan jika bermain di Sentanapoker. So… ? tunggu apa lagi ? Mari bergabung dengan kami. Pelayanan CS yang ramah dan Proffesional dan pastinya sangat aman juga bisa anda dapatkan di Sentanapoker.