hikmah bisa datang bahkan ketika kau duduk di sebuah bus

Hari ini setelah puas berjalan-jalan di mall seharian bersama budeku yang tinggal di Bekasi, aku pulang ke bogor dengan terseok seok menahan perut yang sangat sakit akibat jadwal datang tamu tiap bulan untuk setiap perempuan. Setelah cukup lama menunggu di terminal (ini yang membuat aku nyaris jatuh pingsan di terminal) akhirnya datanglah bis yang akan membawaku ke Bogor. Setelah naik beruntung aku masih mendapatkan bangku yang kosong, walaupun itu diujung paling belakang dekat pintu belakang. Sambil menahan sakit kucoba memejamkan mata, baru sepersekian menit terlelap tiba-tiba dari arah luar seseorang berteriak-teriak "WOOOI BUKAIN PINTUNYA DONG!" karena mataku terlalu berat dan kepalaku terlalu pening aku mencoba kembali memejamkan mata...tetapi suara pria itu semakin menjadi-jadi bahkan sampai memukul-mukul pintu tersebut, akhirnya seorang ibu berbaik hati menggantikanku untuk mencoba membuka pintu yg memang sulit dibuka itu. Kukatakan terima kasih dengan lirih. Kembali kupejamkan mataku, baru hendak bermimpi tiba-tiba ibu-ibu disebelahku ini bertanya padaku
"neng saya boleh minta sms satu kali saja neng, hape saya tadi digadai, saya perlu kasih tahu seseorang saya datang terlambat"
aku berpikir sejenak dan mengingat ingat banyaknya modus pencurian dimana mana, akhirnya kuputuskan untuk berbohong
"maaf bu, handphone saya habis baterainya"
"oh ya sudah gapapa neng" kemudian ia terus berdzikir hingga membuat aku yang sudah merasa bersalah ini tak bisa lagi tertidur. akhirnya kuputuskan untuk memercayai ibu dengan usia sekitar 40 tahun, dan rambut lebat mengembang sepanjang punggung. Badannya yang tambun mengingatkanku pada ibuku.
"Ibu ini mungkin masih bisa dipakai" ujarku dengan tampang sok inocent.
dia mengucapkan banyak terima kasih dan mengirimkan sms kepada seseorang.
Lalu tiba tiba ia bercerita "saya ini kejebak rentenir neng"
kemudian ia mulai menangis..hal ini tentu membuatku bingung tak alang kepalang... mencoba menenangkan ibu itu yang tangisnya semakin memilukan hati. Baru ketika ia reda, ia mulai bercerita.
"dulu saya ini terbilang kaya raya neng, saya punya penambangan minyak bumi di daerah jakarta, saya punya 18 anak buah"
aku bisa membayangkan ,Ibu ini pun masih menyisakan sisa-sisa kemewahannya.
"tapi suatu hari ayah saya ditangkap polisi ketika ingin menyelundupkan minyak dari jakarta ke bogor. memang ayah saya salah, tapi anak mana yang tega melihat ayahnya yang berusia senja diborgol di sebuah sel dalam keadaan stroke" terlihat air mata menetes lagi di pipinya.
"akhirnya saya mencoba menebus ayah saya supaya bebas, selain dari tempat menambang saya meminjam ke rentenir, disitulah awal petaka hidup saya neng. Setelah bapak keluar saya mencoba meminjam dana untuk modal usaha ke bank. Tapi yaaa neng tahu lah, tidak mudah mengelola usaha. ada resiko untung dan ruginya. Yaaah saya rugi neng, akhirnya saya terlilit hutang."
"saya itu cuma pinjam 30 juta neng dan saya sudah bayar 43 juta, tapi bunga masih belum lunas masih 30 juta lagi"
"ASTAGFIRULLAH tega benar bu rentenir itu"
"bukan hanya tega neng , rentenir itu sadiiiis sekali...ia sering mengamuk di pagi hari...jam 6 pagi rumah saya digedor-gedor, barang-barang dirumah dibanting-banting. kasian anak saya, mereka berempat cuma bisa ketakutan di atas kasur."
Hampir air mataku menetes, tapi kutahan...bisa tambah runyam keadaan bis ini kalau aku juga ikut menangis.
"Neng, kalo neng mau tau saya tuh ke Bekasi mau nagih utang ke mantan anak buah saya yang hutang 9 juta. Hutangnya sudah berapa tahun yang lalu...tapi saya ga pernah menambahkan bunga satu sen pun. Bahkan tadi dia cuma punya 400 ribu saya terima."
Ibu ini benar benar baik hati
"Hape ibu tadi digadai bu?"
"Iya neng, tadi pagi dari rumah saya cuma bawa 4000 rupiah, saya ga punya ongkos ke Bekasi saya pinjam sana sini sudah tidak ada yang mau, padahal saya mau pinjam 30 ribu saja buat ke Bekasi ambil uang ini. Akhirnya tadi ada yang mau tapi jaminannya hape saya dan KTP saya. Padahal hanya 30 ribu neng...saya sekarang ini seperti sudah tidak ada artinya , diinjak-injak dimana mana.."
Benar-benar usaha yang keras untuk tidak menitikkan air mata.
"Bapak kerja dimana bu?"
"suami saya di terminal baranangsiang, di DLLAJ... saya sendiri guru SD sekarang, anak saya yang kedua lagi sakit, badannya panas dari kemarin...anak tertua saya kelas 1 sma di PGRI 1 Ciheuleut"
"Oh itu dekat sekolah saya dong bu..."
"Oh di SMAKBo ya?"
"Iya bu"
"iya anak saya sekarang jarang ke sekolah katanya daripada ongkosnya dipake buat sekolah buat bayar hutang saja , saya sedih..dia benar-benar anak yang baik, tidak merepotkan orang tua..."
"sabar bu" kata itu terulang untuk kesekian kalinya. Kata yang bahkan aku tak yakin bisa kuucapkan jika aku yang tertimpa musibah ini.
"iya neng, suami saya juga sekarang ini bosan hidup katanya,saya selalu mengingatkan dosa bunuh diri itu. saya selalu mencoba menguatkan dia neng, keluarga saya benar-benar kacau sekarang neng, saya masih kuat hanya karena saya ingat saya punya Allah tempat saya mengadu, tempat saya kembali. saya percaya Allah tidak akan memberikan ujian melebihi kemampuan umatnya...sekarang saya hanya tinggal berusaha, Allah yang akan menentukan".
Saat itu aku teringat bude baru saja memberikan uang untuk ditabung, aku menerimanya senang sekali sudah lama aku ingin membeli sebuah buku. Tapi ibu ini, ia benar benar sangat membutuhkan uang itu, jauh lebih membutuhkan daripada aku. Akhirnya saat turun kuputuskan untuk memberikan uang itu...dan awalnya ia menolak namun karena kupaksa ia akhirnya menerima dan segera memelukku sekuat tenaga sambil menangis tersedu-sedu...
Sama sekali tak terbesit penyesalan karena memberikan uang itu, ibu itu telah memberikan hal yang jauuuh lebih mahal dari nilai uang itu...
Ibu itu mengajarkan akan kuatnya seorang wanita, ibu itu mengajarkan welas asih tanpa balas dendam, ibu itu memberikan pelajaran berharganya dari kegagalannya, dari kesalahannya mengambil keputusan...
Dalam bis selanjutnya ketika kita telah berpisah, aku duduk di bis yang akan mengantarkanku tepat di depan perumahanku...aku menangis sebisanya...hingga seorang bapak menanyakan perihal apa yang membuatku menangis...dan aku merasa harus meneruskan hikmah yang telah kudapat, bapak itu tampak terharu mendengar ceritaku.Semoga bapak ini menceritakan perjuangan tiada henti ibu itu karena hikmah bisa datang bahkan ketika kau duduk di sebuah bus.

Komentar

Postingan Populer