Ma, ini tentang Aku, tentang Dirimu, tentang Kita, tentang Perempuan

Ma,
Akhir-akhir ini, anak perempuanmu satu-satunya ini seringkali tenggelam dalam pertanyaan-pertanyaan tentang aku, tentang dirimu, tentang kita, tentang perempuan...

Ma,
Dalam setiap doaku aku menyertakan namamu, manusia pertama yang kukenal, manusia pertama yang berbagi hidup denganku. Izinkan aku anakmu, bercerita
tentang aku, tentang dirimu, tentang kita, tentang perempuan...

Ma,
Aku harus berkata jujur kali ini, suatu hal yang mungkin akan sangat menyakitkan. Bagimu dan tentu saja bagiku. Karena bisa jadi, detik ini adalah detik dimana kita berada dalam sebuah jalan bernama PERSIMPANGAN.
Bukan persimpangan remeh temeh macam kita berbeda pendapat tentang memelihara anak kera di dalam rumah atau tentang kematian Sadam Hussein atau sekedar menentukan pria ini oke atau tidak, bukan... ini sesuatu yang lebih pelik.
Ini tentang aku, tentang dirimu, tentang kita, tentang perempuan...

Ma,
Aku masih ingat kata-katamu, dan akan selalu ingat. Perempuan itu jangan lemah, jangan mau diinjak-injak, jangan cengeng, jangan lambat, jangan mudah sakit hatian, jangan pasrahan, jangan centil, jangan mengutamakan penampilan fisik, jangan penakut dan jangan-jangan yang lain.
Perempuan itu harus bekerja, harus mandiri, harus melihat dunia, harus luas pandangannya, harus berkarakter, harus pintar, harus bisa mengatur rumah, harus bisa menarik, harus bisa berbicara di depan umum, harus berani, harus bisa memasak, harus bisa berstrategi, dan harus-harus lainnya.

Nyaris 23 tahun, aku hidup dengan semua 'jangan' dan semua 'harus' itu...
Nyaris 23 tahun, hanya perkara raga yang membedakan kita

Ma,
Ada satu kata yang mengantarkanku pada persimpangan ini, adalah bahwa kau mengajarkan aku bahwa aku BEBAS... Aku berhak atas diriku sendiri dan bertanggung jawab atas segala konsekuensinya. Kau ada di titik ekstrim, paling ekstrim, tentang kebebasan ini. Hingga belum pernah kutemui orang tua lain yang mengajarkan hal ini seekstrim dirimu.
Kau membiarkan luka di pipi kananku abadi membekas hingga mungkin akhir hayatku, sebagai bukti aku pernah belajar tentang rasa penasaran seperti apa pisau itu. Kau cuma berkata "Hati-hati, itu berbahaya, bisa membuatmu luka dan berdarah". Tapi kau tak pernah menjauhkan pisau itu atau menggendongku pergi. Sehingga aku dibanding anak 3 tahun lainnya paling fasih menerangkan, Apa itu Pisau?
Kau mendidik dengan caramu, kusampaikan terima kasih...

Ma,
Ingatkah aku pernah bertanya tentang Tuhan? Kau tak menjawab, kau menyuruhku mencari.
Ingatkah saat kutanyakan bolehkah aku memeluk agama lain yang berbeda denganmu? Kau bilang "Terserah, kamu yang akan bertanggung jawab terhadap dirimu sendiri".

Ma,
Terima kasih untuk kebebasan itu, terima kasih untuk didikan itu, aku saat ini dapat mengatakan bahwa
Aku Telah Menemukan Tuhanku.

Tapi Ma, 
harus kukatakan meskipun berat. Tuhanku ini lebih dalam hal apapun dibanding engkau. Bukan perkara kemampuanNya (meskipun itu tentu saja), tapi perkara posisiNya dalam hidupku, di hatiku. Lebih kusayangi daripadamu. Lebih kutaati daripadamu. Dan lebih kutakuti daripadamu.
Maaf Mama, seandainya posisimu tak bersebrangan denganNya. Maaf...

Aku ingat ketika itu aku 15 tahun, memutuskan untuk mengenakan hijab. Katamu tak usah, nenek moyang kita beragam, saudara sedarah kita beragam, nanti kau dibicarakan. Katamu dengan hijab aku tak akan mendapatkan dunia.
Kau benar, aku kehilangan peran utama dalam pertunjukan teater yang kucintai. Aku kehilangan duniaku.
Kau benar, aku dibicarakan, dianggap tak toleran.
Aku menangis tapi kau cuma berkata dingin "Ini semua keputusanmu, kalau menyerah ya tinggal dilepas"
Disaat yang lain melepaskan jilbab saat tak ada orangtuanya, kau membuatku justru melebarkan panjangnya, dengan caramu tentu saja. Terima kasih untuk didikannya.

Saat kau memutuskan untuk berhijab. Aku menangis bak bayi baru lahir. Di atas genting rumah tempat bibi biasa menjemur pakaian. Kebahagiaan yang dramatis. Dan kau cuma bilang
"Ya malu lah mama, setiap jalan sama kamu, dilihatin orang. Semua berbisik anaknya solehah ibunya enggak"
Aku menyeringai, itu hanya kata-katamu, aku hapal. Bahkan saat tak denganku pun kau tetap kenakan hijab itu. Bahkan saat aku masih keluyuran ke gang sebelah tanpa hijab kau sudah menggunakannya meskipun hanya sejengkal keluar rumah. 

Aku 19 tahun, mencoba mencari Tuhan yang tidak pernah kau ajarakan. Bukan... bukan perkara mengajarkan sholat dan mengaji saja. Kau tahu ini sesuatu yang lebih personal dan lebih besar, maka kau memintaku mencari sendiri dan bertanggungjawab di atas kakiku sendiri.
"Ma, aku pergi"
"Kemana?"
"Kajian Islam"
"Hati-hati kamu nanti jadi teroris"
"Iya"

Besok dan esoknya lagi kau memaki-maki aku dengan serangan kata-kata yang aku rasa ibu manapun di dunia ini tak akan tega mengatakan kepada anak perempuannya. Dan suatu hari kau membungkuskan sesisir pisang sambil berkata dengan ketus "Ini buat guru ngajimu, bilangin jadi orang Islam jangan cuma bisa teori doang, yang penting prakteknya. Kalau ngomong doang semua orang bisa. Lihat tuh Bu X, guru ngaji tapi bisanya ngutang terus, sekarang lagi dikejar-kejar bank keliling". Yang terpenting bukan kata-katamu, yang terpenting adalah sesisir pisang itu bukti bahwa kau masih menyayangiku, masih mendukungku terlepas dari seberapa besar kekhawatiranmu. Aku belajar tentang itu. Terima kasih Mama.

Kalau boleh kukatakan padamu, bahwa kau yang mengajariku menjadi orang besar. Dan Islam pun mengajarkan kita untuk menjadi besar. Aku bercerita tentang kekayaan Muhammad dan sahabat-sahabatnya. Aku bercerita tentang adidayanya Khilafah Islam pada masanya. Tapi lagi-lagi kau hanya akan berkata "Buktinya mana???"

Aku yang memasuki kepala 2, dan kau memasuki kepala 5. Usia kita berbeda jauh ya? Tapi entah mengapa kalau ada manusia di dunia ini yang paling mengerti tentang aku, jawabannya pasti engkau.
Karirmu melejit, pejabat eselon 2.
Aku ingat saat itu aku sedang ikut aksi turun ke jalan di bawah gerakan BEM SI (Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia) meminta pertanggungjawaban Presiden SBY yang terhormat atas kinerjanya.
Aku ingat aku pergi ke Jakarta tanpa bilang padamu sebelumnya. Lalu kau menelpon.
"Lagi di mana Lin, rame banget"
"Lagi di Bunderan HI, aksi nuntut SBY"
"Ngapain?" Aku tahu kau tidak sama dengan orangtua teman-temanku yang pasti akan terkena serangan jantung mendapati anaknya berkelakuan macam diriku.
"Ya gapapa, demi keadilan, rakyat harus diperjuangkan"
"Hahahaha, orang SBY nya lagi sama Mama nih ada rapat. It's old way girl. He will never ever hear you at all. Write it. Tuliskan, miliki pengaruh dan buatlah surat terbuka. Cara diplomasi jauh lebih efektif saat ini"
Saat akan pulang ke Semarang, kau menungguku di stasiun Jatinegara, menemani berbincang-bincang singkat tentang isi rapat dengan SBY dan kejadian pecahnya barisan aksi setelah datangnya UI, ditemani secangkir teh tawar dan semangkok indomie seakan-akan kita anak perempuan dan ibu yang sedang membicarakan pesta akhir minggu. Kereta api Menoreh memisahkan kita. Kau selalu membelakangiku setiap aku melambaikan tangan. Menyembunyikan tangisan. Dasar Mama

Ma,
Aku melihat gurat keputus-asaanmu. Saat kau tahu siapa atasan-atasanmu.
Saat kau tahu mereka mencederai kebenaran yang kita bela dulu.
Aku melihat peluhmu. Dalam upaya memperbaiki dunia.
Dalam upaya memperbaiki Indonesia

Ma,
tentang SBY itu kau benar, caraku tak efektif.
Tapi aku juga ingin memberitahukanmu bahwa caramu pun tak efektif
bahwa tanpa menyertakan Tuhan, usahamu akan sia-sia.
Hanya letih dan pengkhianatan yang kau rasa.
Dan belum lagi di mata Tuhan apalah artinya?
Negeri tanpa ridho-Nya tentulah bukan hal yang patut diperjuangkan.

Ma,
Akhir-akhir ini, anak perempuanmu satu-satunya ini seringkali tenggelam dalam pertanyaan-pertanyaan tentang aku, tentang dirimu, tentang kita, tentang perempuan...

Perempuan dalam Islam
Aku terhenyak dalam suatu kemungkinan yang membuat kita ada dalam PERSIMPANGAN
Akankah aku seperti dirimu? Akankah dengan segala 'jangan' dan 'harus' itu akan menjadikanku mulia dan besar di sisi Tuhanku?
Bagaimanakah aku harus bersikap dengan suami dan anak-anakku? Anak perempuanku?
Kau membuatku menemukan Tuhanku
Namun kau juga yang membuatku harus memilih antara Tuhanku dan kamu.

Perempuan dalam Islam
adalah yang mentaati segala apa yang dikatakan suaminya selama itu tidak menjauhkannya dari Allah dan Islam, bukan yang hobi membantah dan bersikap kritis terhadap apa yang disampaikan. Lalu bagaimana denganku yang sungguh luar biasa pandai dalam urusan membantah?

Perempuan dalam Islam 
adalah yang mendidik anak-anaknya dengan penuh, memberikan waktunya dan hidupnya untuk menciptakan generasi terbaik seperti generasi para sahabat Rasulullah. Lalu bagaimana denganku yang justru sudah merancang waktu menjadi ini dan itu tanpa ada satu kata "menjadi ibu"?

Perempuan dalam Islam
adalah yang menjadi tonggak peradaban Islam, yang mulia karena menjalankan perintah Allah dan sukses karena membawa visi misi kemenangan islam. Bukan tonggak peradaban feminisme yang menjadikan materi sebagai standar kesuksesan. Lalu bagaimana denganku yang bahkan masih khawatir dengan hidup hina tanpa materi?

Dan disaat aku merenung,
telepon genggamku berdering...
"Lin, tau gak? Mama dipilih Pak Menteri jadi delegasi buat rapat ILO di Swiss"

Tenggorokanku tercekat dan aku hanya berdiam diri.
"Eh Lin, kenapa? Kamu gak mau nyelamatin Mama??? Katanya kalau nanti urusan di Swiss bisa mama handle, Mama dipercayakan lagi ke Australia buat delegasi rapat perdagangan antar 8 negara"

Ibuku telah menginjakkan kakinya di dunia internasional, dengan cara apalagi aku mengenalkan Tuhanku padanya. Aku diam mataku memerah, merasa begitu lemah
"Aahh Lin, akhirnya mimpi Mama terwujud satu demi satu, suatu saat kamu pasti bisa lebih baik dari Mama. Mama yakin!"

Air mataku menetes, kugigit lidahku supaya tak terisak.

Aku ingin Ma, kita bergandengan tangan menaklukan dunia 
tapi aku juga ingin Ma, kita ada dalam barisan yang sama di akhirat kelak

"Insya Allah, Ma"
entah bagian yang mana yang kumaksud Jika Allah Mengizinkan

Semarang, 4 Juli 2014










Komentar

  1. semoga bisa ditunjuki jalan yang benar dan setiap langkah mbak Lina ama ibu mbak diberkahi Allah mbak :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amiiin ya Allah terimakasih untuk doanya. Semoga begitu phla dg sabila

      Hapus
  2. liiiin entah kenapa gue berkaca-kaca pas baca ini.... terharuuu. Semoga kita semua selalu dalam lindungan Allah dan ditunjukin jalan yang luruuss yg diridhoi Allah aamiiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya puuttt makasih udh sering dengerin keluhan gue.amiin ya Allah semoga kita selalu dibimbing Allah

      Hapus
  3. Buat mama Kak Jawa yg kece banget dan kalian adalah manusia yang beruntung karena saling memiliki satu sama lain... Aku terhenyak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih ria sudah bersedia membaca blogku. Semoga kamu lebih beruntung dr aku :-)

      Hapus
  4. Mba linaa... ingin ketemu dan sharing walaupun ga saling kenal... ah tapi siapa saya mba hehe... sepertinya pemikiran kita sama mba :)) mamanya hebat.. mba lina juga hebat... bisa mampir ke blog saya alfienabella.blogspot.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai alfiena.. maaf aku jarang blogging lagi.. baru baca komenmu masa... wish you always be happy . Ayok kpn2 ketemuan

      Hapus
  5. Haloo pak^^

    Kami dari SENTANAPOKER ingin menawarkan pak^^

    Untuk saat ini kami menerima Deposit Melalui Pulsa ya pak.

    *untuk minimal deposit 10ribu
    *untuk minimal Withdraw 25ribu

    *untuk deposit pulsa kami menerima provider
    -XL
    -Telkomsel


    untuk bonus yang kami miliki kami memiliki
    *bonus cashback 0,5%
    *bunus refferal 20%
    *bonus gebiar bulanan (N-max,samsung Note 10+,Iphone xr 64G,camera go pro 7hero,Apple airpods 2 ,dan freechips)

    Daftar Langsung Di:

    SENTANAPOKER

    Kontak Kami;

    WA : +855 9647 76509
    Line : SentanaPoker
    Wechat : SentanaPokerLivechat Sentanapoker

    Proses deposit dan withdraw tercepat bisa anda rasakan jika bermain di Sentanapoker. So… ? tunggu apa lagi ? Mari bergabung dengan kami. Pelayanan CS yang ramah dan Proffesional dan pastinya sangat aman juga bisa anda dapatkan di Sentanapoker.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer