POLITISI MURAHAN
Hari ini perasaan gw campur aduk banget. Pertama karena gw sebel liat ibu gw yang tega ninggalin keluarga terus buat kerja, kerja dan kerja sambil bilang gini ke gw "Kamu itu kok anak perempuan ga betah di rumah sih? Ngapain kek beres2 rumah, masak, bla bla blaaa"
Dan yang kedua adalah respon seorang temen via sms
Jadi gini ceritanya... Tanggal 23 nanti ada event dikampus gw , PMB namanya alias Penerimaan Mahasiswa Baru. Dan entah kenapa waktu si Andari temen gw sms, "Lin, yg bisa main pas pmb cuma tiga orang, aku,chandra sama aris. Kamu bisa bantu ga?" jelas mereka masih bingung mau main apa
Entahlah naluri gw terpanggil... sebuah passion yg lama terpendam.
Gw segera sgt exciting dan menerima dgn sgt sukarela, gw bahkan megajukan diri menjadi yaah boleh dibilang sutradara, penulis naskah, make up kostum, artis, semuanya... (saking bersemangatnya gw)
Tapi ada satu yg bikin gw kaget dan syok waktu gw ngajakin temen gw (sebut saja Tohar) balasan dia adalah "Maaf Lin aku ga bisa?" yaa pasti gw menuntut alasan dong dan jawabannya apa?
"Waduh gimana ya Lin, pencitraan"
Syok. Gw cuma menghela napas.
Gw kenal betul siapa temen gw ini, dia orang yg baik, tulus, murni, rendah hati. Cuma akhir akhir ini dia memang sepertinya dikader menjadi 'sesuatu' dan terlontarlah kata-kata itu.
Haaaaaaah.... PENCITRAAN. Kata itu pertama kali gw denger di kampus, politik kampus. Sebelum seseorang dicalonkan atau mencalonkan diri sbg pemimpin apapun itu ketua bem, senat, hm. Beberapa waktu sebelum pemilihan orang tersebut akan menjaga sikapnya, melakukan sesuatu yg hebat, untuk memberikan citra yg baik ke orang lain.
Kemudian timbul pertanyaan gw
Apakah bermain teater itu rendah?
Apakah jika dia tdk bermain teater menjadi tolak ukur kecakapannya dalam memimpin?
That doesnt have any relation, I guess.
Gw yakin itu bukan murni pikiran dia.
Gw yakin itu ada hubungannya dengan orang orang di belakang dia.
Kasihan
betapa ia terlalu baik untuk dipermainkan politik
Gw setahun ini menyelami dunia perpolitikan. Semakin diselami semakin sesak nafas gw. Cuma satu yg buat gw bertahan di dunia ini. Gw ingin menjadi seorang politisi yg mulia. Entah bisa atau tidak. Gw ingin berpolitik karena Allah. Terlalu banyak politisi murahan yg mengejar sesuatu yg tidak abadi saat ini. Harta, kedudukan, kekuasaan, rasa disegani, dihormati, di elu-elukan. Gw pun punya peluang menjadi politisi murahan. Karena bermain di dunia politik itu bermain di zona abu-abu. Ketika yang benar bisa menjadi salah dan yang salah bisa menjadi benar. Sebenarnya sama saja seperti seni, tapi entah kenapa seni selalu bisa menciptakan keindahan sedangkan politik selalu menyimpan ketidaktulusan.
Dan yang kedua adalah respon seorang temen via sms
Jadi gini ceritanya... Tanggal 23 nanti ada event dikampus gw , PMB namanya alias Penerimaan Mahasiswa Baru. Dan entah kenapa waktu si Andari temen gw sms, "Lin, yg bisa main pas pmb cuma tiga orang, aku,chandra sama aris. Kamu bisa bantu ga?" jelas mereka masih bingung mau main apa
Entahlah naluri gw terpanggil... sebuah passion yg lama terpendam.
Gw segera sgt exciting dan menerima dgn sgt sukarela, gw bahkan megajukan diri menjadi yaah boleh dibilang sutradara, penulis naskah, make up kostum, artis, semuanya... (saking bersemangatnya gw)
Tapi ada satu yg bikin gw kaget dan syok waktu gw ngajakin temen gw (sebut saja Tohar) balasan dia adalah "Maaf Lin aku ga bisa?" yaa pasti gw menuntut alasan dong dan jawabannya apa?
"Waduh gimana ya Lin, pencitraan"
Syok. Gw cuma menghela napas.
Gw kenal betul siapa temen gw ini, dia orang yg baik, tulus, murni, rendah hati. Cuma akhir akhir ini dia memang sepertinya dikader menjadi 'sesuatu' dan terlontarlah kata-kata itu.
Haaaaaaah.... PENCITRAAN. Kata itu pertama kali gw denger di kampus, politik kampus. Sebelum seseorang dicalonkan atau mencalonkan diri sbg pemimpin apapun itu ketua bem, senat, hm. Beberapa waktu sebelum pemilihan orang tersebut akan menjaga sikapnya, melakukan sesuatu yg hebat, untuk memberikan citra yg baik ke orang lain.
Kemudian timbul pertanyaan gw
Apakah bermain teater itu rendah?
Apakah jika dia tdk bermain teater menjadi tolak ukur kecakapannya dalam memimpin?
That doesnt have any relation, I guess.
Gw yakin itu bukan murni pikiran dia.
Gw yakin itu ada hubungannya dengan orang orang di belakang dia.
Kasihan
betapa ia terlalu baik untuk dipermainkan politik
Gw setahun ini menyelami dunia perpolitikan. Semakin diselami semakin sesak nafas gw. Cuma satu yg buat gw bertahan di dunia ini. Gw ingin menjadi seorang politisi yg mulia. Entah bisa atau tidak. Gw ingin berpolitik karena Allah. Terlalu banyak politisi murahan yg mengejar sesuatu yg tidak abadi saat ini. Harta, kedudukan, kekuasaan, rasa disegani, dihormati, di elu-elukan. Gw pun punya peluang menjadi politisi murahan. Karena bermain di dunia politik itu bermain di zona abu-abu. Ketika yang benar bisa menjadi salah dan yang salah bisa menjadi benar. Sebenarnya sama saja seperti seni, tapi entah kenapa seni selalu bisa menciptakan keindahan sedangkan politik selalu menyimpan ketidaktulusan.
wah..sekarang sudah jadi politisi ya bu...
BalasHapusjadilah 'negarawan' kampus yg baik..