DUBES AS, SCOUT MARCIEL: “YOU SHOULD GO APPLY TO STUDY IN UNITED STATES”

Pada tanggal 22 Februari 2012, Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, H.E. Scot Marciel mengunjungi Universitas Diponegoro untuk memberikan kuliah umum dengan tajuk “Strengthening Comprehensive Partnership between the US and Indonesia on Science and Technology” atau Penguatan secara Komprehensif Kerjasama antara Amerika Serikat dan Indonesia dalam bidang Sains dan Teknologi. Kuliah umum ini dilaksanakan di Gedung Prof. Soedarto SH dengan jumlah peserta 500-an yang terdiri dari mahasiswa, dosen dan pegawai. Kuliah umum ini juga dihadiri jajaran petinggi UNDIP seperti Rektor UNDIP, Prof Sudharto P. Hadi dan beberapa dekan fakultas juga turut meramaikan kuliah umum tersebut. Penjagaan yang disiapkan sangat ketat, pemeriksaan barang bawaan peserta kuliah umum bahkan dilakukan dua kali oleh pihak kepolisian.

Kuliah umum yang dimulai pukul 9.30 ini dibuka oleh sambutan Rektor UNDIP dan dilanjutkan dengan pembacaan biografi Dubes AS, Scout Marciel. Baru kemudian masuk materi yang dibawakan oleh Dubes AS sendiri. Dubes AS menyatakan bahwa saat ini akan sangat sulit bagi sebuah negara untuk berdiri sendiri, perlu diadakan kerjasama dalam menjawab tantangan global yang ada. Oleh karena itu Presiden Barack Obama dan Presiden Bambang Yudhoyono telah menyepakati adanya kerjasama dalam bidang sains dan teknologi antara Indonesia dan Amerika Serikat yang di-launching pada tahun 2010. Beberapa  kegiatan yang akan dilakukan terkait kerjasama ini antara lain pengembangan sains di Indonesia dengan beberapa kegiatan seperti pengiriman saintis profesional AS untuk bekerja sama dengan Kemenristek selama 3 bulan. Dan kerjasama UNDIP dengan Amerika Serikat dalam hal pendidikan adalah rencana mendirikan American Corner di Kampus Universitas Diponegoro.

Setelah kira-kira 45 menit pemberian materi dibuka sesi diskusi. Begitu banyak pertanyaan ‘panas’ yang dikeluarkan oleh mahasiswa dari berbagai jurusan. Mulai dari isu agama sampai konflik Freeport di Indonesia. Sayangnya, jawaban yang diberikan terlalu diplomatis sehingga tidak begitu memuaskan. Namun, ia menekankan bahwa yang dinamakan kerjasama pastinya menguntungkan kedua belah pihak. Jadi, bukan hanya Indonesia saja yang diuntungkan tetapi Amerika juga meminta keuntungan dari kerjasama ini.

Durasi 1,5 jam rasanya tidak cukup untuk menampung seluruh pertanyaan peserta. Beruntung saya memiliki kesempatan untuk mewawancarai langsung  Scot Marciel, Dubes AS. Ketika ditanya mengenai Indonesia dibanding negara-negara ASEAN (Scout Marciel sebelumnya  menjabat sebagai Duta Besar untuk ASEAN), ia berkata bahwa Indonesia memiliki perkembangan sains dan teknologi yang cukup pesat dalam dekade terakhir. Dan ia optimis bahwa dengan kerjasama ini Indonesia akan semakin kuat. Menurutnya, tantangan terbesar dari kerjasama bilateral ini adalah saling pengertian antara kedua negara, dan dengan sedikit berusaha menggunakan bahasa Indonesia ia berkata “harus dekat dan lebih mengerti”.

Karena saya berlatar belakang mahasiswa Teknik Lingkungan, saya tergerak untuk menanyakan opininya tentang statement umum bahwa semakin canggih teknologi yang dimiliki suatu negara maka semakin tinggi pula tingkat pencemaran lingkungannya. Kemudian ia menjawab bahwa paradigma itu tidak benar, justru seharusnya dengan teknologi dampak kerusakan alam bisa dihindari. Ia mencontohkan adanya geothermal di Indonesia, dengan penggunaan secara bijaksana justru akan mengurangi rusaknya lingkungan. Ia mengatakan pemanfaatan geothermal di Indonesia jauh lebih baik dibanding mendirikan sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).

Dan saat ditanya tentang saran yang bisa diberikan untuk para mahasiswa Indonesia, ia menjawab dengan ringan “You should go apply to study in United States” diiringi gelak tawa rektor dan jajarannya.

Nur Novilina A.

Mahasiswa Teknik Lingkungan UNDIP

Reporter LENTERA, Lembaga Pers Teknik Lingkungan

Scot Marciel saat memberikan kuliah umum